Rabu, 07 September 2011

Timbuktu, Kota Peradaban Pendidikan Islam yang Terlupakan


Timbuktu, merupakan sebuah distrik di Mali, Benua Afrika, tepatnya di tepi sebelah selatan Gurun Sahara atau 8 mil / 14 km dari Sungai Niger. Sejarah peradaban Timbuktu dimulai ketika Tuareg Imashagan (suku di Afrika) bermukim di sekitar Sungai Niger pada musim kemarau & menjelajahi gurun pada musim penghujan. Berkemah di sekitar sungai nyatanya membuat penduduk suku tersebut menggali sumur beberapa mil dari sungai akibat kondisi nyamuk yang banyak dan menyebabkan penyakit. Kemudian Tin Abutut, seorang wanita tua Suku Tuareg bertugas menjaga sumur tersebut pada waktu musim hujan apabila suku mereka sedang berkelana di gurun pasir. Dari sinilah lokasi tersebut dinamakan TIMBUKTU.

Gambaran umum
Gambaran Umum dari Timbuktu ini sebenarnya sangat baik apabila dilihat dari lokasinya yang sangat strategis. Terletak tepat dimana Sungai Niger mengalir dari utara sampai selatan gurun, menyebabkan daerah tersebut secara alami menjadi tempat bertemunya Suku Tuareg, Songhay, Soninke, Dyula, Fulbe, dan Arab. Hal ini menyebabkan timbul istilah yang sangat terkenal, "jika emas berasal dari selatan, garam berasal dari utara, kekayaan dari kulit putih, maka Firman Tuhan dan ilmu-Nya berasal dari Timbuktu".
Secara geografis Timbuktu terletak 16˚46’33’’ N ; 3˚00’34’’ W di ketinggian : 856 kaki (261 m). Dengan bahasa resmi adalah Perancis, dan bahasa dominan Songhay, timbuktu berkembang menjadi negara yang terkenal akan dunia pengetahuannya.
Lokasi yang sangat strategis (tepi Sahara dan Sungai Niger) menyebabkan Timbuktu menjadi rute utama kafilah menuju Moroko di utara & jalan menuju Sudan yg melewati Gurun Sahara & jalan muslimin ke Mekah dan menjadi pusat perdagangan.Timbuktu pun berubah menjadi pusat perkembangan Islam di Afrika pada abad 15 dan 16 dimana pengetahuan menjadi tradisi sosial masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan Koranic Sankoré University, Djingareyber University & Sidi Yahya University dan 180 sekolah islam (madrasah). Ilmuwan & pemerintah Moroko, Aljazair, & Mesir menjalin hubungan kerjasama pendidikan, tak hanya itu, pemerintah Mali dan UNESCO bekerja sama membangun Ahmed Baba Institute sebagai perpustakaan pusat manuskrip pada 1973.Kemudian keberadaan Masjib Besar Djingareyber, Sankoré & Sidi Yahia menyebabkan Timbuktu termasuk dalam World Heritage yang dinobatkan oleh UNESCO pada tahun 1988.

Permasalahan
1. Manuskrip
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada pertengahan abad ke 15 Timbuktu menjadi pusat pembelajaran  ada ±5 juta naskah / buku. Para pelajar dari luar wilayah membawa buku-buku mereka, sementara Mesir & Afrika Utara banyak mengimpor buku sehingga wilayah tersebut benar-benar dipenuhi oleh buku pengetahuan. Bahkan penduduk banyak yang menyalin buku-buku tersebut dengan tulisan tangan dan membangun perpustakaan pribadi. Namun adanya penyerangan oleh tentara Moroko menyebabkan ilmuwan ditahan, bangunan-bangunan pendidikan rusak & manuskrip hilang. Selain itu pada penjajahan oleh Perancis banyak terjadi kasus perampasan manuskrip pribadi milik penduduk. Banyak manuskrip disembunyikan penduduk di lubang pasir & banyak perpustakaan pribadi penduduk ditutup. Adapun kini naskah tersebut di Perpustakaan Nasional Perancis.
2. Desertifikasi
Menurut United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD) , desertifikasi adalah degradasi di daerah sub-lembab kering, semi kering, dan kering akibat beberapa faktor, termasuk variasi iklim dan aktivitas manusia. Desertifikasi ini juga biasa disebut dengan penggurunan. Diperkirakan bahwa dalam beberapa kali penggurunan yang terjadi di Afrika, potensi produksi vegetasi menurun hingga 25% atau >7 juta km² atau ¼ permukaan benua tersebut. Adanya desertifikasi / penggurunan di Timbuktu ini menyebabkan dinding-dinding semakin tebal & mampu merusak artefak.

Pada Masjid Sankore, penggurunan menyebabkan penduduk melakukan penambahan dimensi dinding untuk mengimbangi berat pasir sehingga lama kelamaan dinding menebal , ada perbedaan 1 m dari sebelum & sesudahnya.

Penggurunan menyebabkan vegetasi di Timbuktu tidak dapat bertahan hidup sehingga daerah tersebut semakin kering dan gersang.

Penyebab desertifikasi di Timbuktu masih menjadi perdebatan para ahli. Desertifikasi dapat disebabkan karena faktor antropogenik (faktor manusia), degradasi Lahan, dan perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan adanya perubahan curah hujan secara ekstrim. Pada tahun 1999, 2001, & 2003 terjadi hujan lebat dan menyebabkan bangunan masjid di Timbuktu mengalami kerusakan parah, rumah-rumah tradisional (dari tanah) & modern runtuh.

Solusi
Problem tersebut menyebabkan warisan budaya dunia di Timbuktu terancam. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah melestarikannya. Norwegian Agency for Development Cooperation (NORAD) bekerja sama dengan Ahmed Baba Institute, National Center for Scientific and Technological Research (CNRST), UNESCO, & The Institute for the Study of Islamic Thought in Africa (ISITA) mengadakan usaha preservasi naskah-naskah kuno berupa manuskrip tersebut dengan melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Penelitian & Pendidikan Tinggi
Pelatihan, sistem katalog, editing & terjemahan teks, jurnal Sankore, eksplorasi perpustakaan , perbaikan teknik manuskrip, pengadaan buletin, publikasi
b. Konservasi
Pelatihan, membangun konservatori seni kesusasteraan,
c. Electronic Document Management
Pengembangan basis data, penangkapan citra, penyimpanan data, keterangan gambar & fasilitas konsultasi
d. Tourism & Dissemination
Sosialisasi, terjemahan teks & memperkenalkannya, membangkitkan kembali industri kaligrafi, website, multi media, film dokumenter & video, pameran.
Adapun untuk melakukan perbaikan kerusakan-kerusakan fisik akibat penggurunan, sampai saat ini yang kegiatan pelestarian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Restorasi masjid & rumah yang rusak
b. Pembersihan pasir di sekitar masjid
c. Pembuatan daerah penyangga untuk melindungi masjid dari gangguan pasir
d. Perbaikan sistem drainase air hujan
Kegiatan ini dilakukan dengan kolaborasi & partisipasi aktif semua pemangku kepentingan (imam, kota timbuktu, misi budaya timbuktu, dll). Dibutuhkan pula keterlibatan pengrajin lokal yg berpengalaman dengan peralatan tradisional & tetap memperhatikan warisan budaya dalam menghadapi perubahan iklim



DAFTAR PUSTAKA




Boye , Alida Jay, Abdelaziz Abid, Stephanie Diakite, Mohamed Gallah Dicko, John O. Hunwick, Mamadou, Diallo Iam, Rex Seán O’fahey, Knut S. Vikør, & Sidi Mohamed Ould Youbba. 2003. Timbuktu Manuscripts Project. Norad, Centre For Development and the Environment, University of Oslo, Ahmed Baba Institute, Timbuktu National Center for Scientific and Technological Research (CNRST), UNESCO (through funding from the Government of Luxembourg), The Institute for the Study of Islamic Thought in Africa (ISITA). (online) (http://www.sum.uio.no/timbuktu) diakses 17 Mei 2011.
Lofgren, Sue. 1991. Timbuktu, Mali. (online) (http://www.tempesistercity.org/Our_Cities/Timbuktu/timbuktu.html) diakses 18 Maret 2011.
Mbeki, Thabo M. The South Africa-Mali Timbuktu Project. The Journal of Pan African Studies Vol.1, No. 3 March 2006. (online) (http://www.jpanafrican.com/docs/TheSouthAfricaMaliTimbuktuProject.pdf) diakses 17 Mei 2011.
Naido, Riason. 1996. South Africa Mali Project – Manuscript. (online) (http://www.ru.ac.za/static/affiliates/am/Timbuktu[1]_Manuscripts.pdf) diakses 17 Mei 2011.
NN. 1992. Timbuktu. (online) (http://whc.unesco.org/en/list/119) diakses tanggal 14 Mei 2011.
NN. 2002. History of Timbuktu. Timbuktu Educational Foundation. (online) (http://www.timbuktufoundation.org/history.html) diakses 18 Maret 2011.
NN. 2006. Timbuktu (Mali). Britannica Online Encyclopedia. (online) (http://www.britannica.com/EBchecked/topic/596022/Timbuktu) diakses 18 Maret 2011.
NN. 2010. Ancient Manuscripts from the Desert Libraries of Timbuktu, Library of Congress. (online) (http://www.loc.gov/exhibits/mali/) diakses 18 Maret 2011.
NN. 2011. Indahnya Mesjid Sankore di Timbuku Mali. (online) (http://tuahmanurung.blogspot.com/2011/03/indahnya-mesjid-sankore-di-timbuktu-mali) diakses tanggal 14 Mei 2011.
NN. 2011. Mengenal Sejarah Islam di Timbuktu, Mali. H! Magazine. (online) (http://www.hinamagazine.com/index.php/2011/01/28/mengenal-sejarah-islam-di-timbuktu-mali/) diakses 18 Maret 2011.
NN. 2011. Timbuktu The El Dorado of Africa. (online) (http://africanhistory.about.com/od/mali/p/Timbuktu.htm) diakses 18 Maret 2011.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar