Kamis, 23 Februari 2012

Don't Judge a Book by Its Cover

...but maybe from the list of the content XD

So, hari ini -23022012- saya bersama malangmate saya -say Hei to Inez donk :) - pergi mencari kitab suci ke barat. Salah dink. Pergi survei ke suatu desa di kecamatan gondanglegi kabupaten malang -tiga desa tepatnya-. Kami ke kantor desa, bertemu dengan perangkatnya, dan mengajukan beberapa pertanyaan singkat setebal 2 halaman, dan bertanya lokasi rumah para ex-TKI dari desa tersebut. Bukan2, ini bukan proyek teman2. Ini hanya survei tugas akhir -bukan saya pastinya-
Desa pertama sukses, bahkan kami sempat diantarkan oleh perangkat desa ke rumah yang dimaksud dan oleh pemilik rumah kami ditawari teh dengan senyumnya yang lembut :) :) :) Namun karena hari sudah siang dan masih ada 2 desa lagi yang belum kami jelajahi, maka kami pun menolaknya dengan sedikit sayang dan melanjutkan perjalanan.
Perjalanan kami lanjutkan ke kantor desa kedua. Sulit. Kalau anda biasa pergi ke instansi dan meminta data kemudian orang instansi berkata, "oo.. ke pak anu aja" dan ketika bertemu pak anu, beliau justru bilang "lhoh di bu sono" dan bu sono bilang "oo itu mah sudah di bawa sama pak situ" yang notabene adalah orang pertama, maka saya merasa sedemikian rupa hari itu ketika mencari kantor desa kedua. Bedanya, pak anu, bu sono, dan pak situ adalah warga desa dan bukan orang instansi. Oh no no. Saya tidak bermaksud menyalahkan mereka. Mungkin memang daya tangkap kami yang kurang "ho hek" ato memang.. yah anggap saja seperti itu. Hehe
Kemudian setelah melewati jembatan kecil, kebun tebu, dan pikiran "yakin ta tempatnya mencil gini??" sampailah kami ke kantor desa kedua. Dan jadaa.. Ternyata sebagian besar orang Madura, sepulau dengan sodari Inez. Yes. Rasa-rasanya jalan seperti dimudahkan. Kami berhasil mewawancara dengan baik, berhasil mendapatkan jpeg peta administrasi guna lahan dan topografi desa, dan berhasil menuntaskan kuisioner ke ex-TKI dari bantuan perangkat desa yang bersedia dengan senang hati mengantarkan kami.
By the way,
Ketika saya dan Inez mengikuti bapak perangkat desa tersebut ke rumah ex-TKI kami sempet heran. Bahkan saya mulai neg-think kenapa kok kita lewat jalan kecil, lewat lapangan, lewat setapak yang dikanan kirinya kebun tebu dengan tebu yang sudah setinggi gunung itu.. Tapi, tadaa..
Ternyata nyembul rumah dari kejauhan. Hahaha.. Kita dapat!
Jalan tanah itu tak cukup lebar. Satu meter lebih sedikit. Parahnya adalah jalannya sedang digali jadi otomatis kami hanya punya setenah meter saja untuk digunakan motor suzuki shogun R saya yang meski ramping tapi menampung manusia-manusia yang tak seramping tunggangannya. Nah, sesampainya rumah yang bersangkutan, kami sedikit shock. Saya pun tersenyum ramah demi menyembunyikan keterkejutan saya. Apa yang saya lihat sama sekali tidak salah. Ada seseorang yang memegang buku berisi nomor-nomor. Hmmm.. mengingatkan saya pada kenangan masalalu sewaktu saya menjadi... Hwkwk. Waktu saya masih tinggal tak jauh dari pasar dimana orang-orangnya suka bermain sedemikian rupa.
Saya sudah sedikit takut. Mereka memasang tampang tidak ramah. Tapi begitu masuk dan kami menjelaskan masuk kedatangan kami, mereka pun mulai mencairkan suasana. Tersenyum, tertawa, bercanda, ahhh indah.. -oke, berlebihan-
Hmmm
Rasa-rasanya saya semakin yakin sama quote di atas. Buah manggis yang hitam bulat dan memiliki kulit yang jelek, ternyata punya rasa yang manis. Pun dengan durian yang kulitnya berduri besar-besar dan seolah merupakan senjata pembunuh apabila dikeprok ke kepala orang, ternyata punya rasa yang digemari manusia seantero jagat. Termasuk mereka, yang meskipun memegang barang-barang seperti itu namun memiliki jiwa yang ramah dan bersahabat.
Termasuk saya, dan pasti termasuk anda juga :)

Dont let anybody judge from what you look like, let they know what really you are.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar