Rabu, 28 September 2011

Kolokium

Sepertinya, apa yang diucapkan Aini, sahabatku dari pamekasan, tadi waktu makan siang di kantin arsitek (sebenarnya kami nggak tau namanya, tapi karena lokasinya di dekat kampus arsitek, jadi otomatis kami menyebutnya demikian) ada benarnya. Ia berkata, "mungkin senior-senior kita bisa jadi kurus karena mikirin kolokium ya" Aku tak cukup menanggapi dengan baik waktu itu. Bukan karena tidak mendengarkan dengan seksama atau apa, tapi lebih dikarenakan otakku yang kemudian mulai disibukkan dengan satu kalimat ucapannya tersebut.
Memang sepertinya ini seperti ungkapan 'bagai berdiri di ujung tanduk' Ya karena langkah pertama dalam skripsi (di jurusanku, entah yang lainnya) adalah kolokium. Pada minggu-minggu ini kami diharuskan untuk mendapatkan tema beserta topik -maksimal 3 alternatif topik- Penentuan tema apalagi topik tentu tidak mudah. Hal ini sama dengan langkah awal kami dalam menempuh proses-proses panjang untuk meraih gelar Sarjana Teknik. Maka, memang sebaiknya dipikir dengan sangat matang. Kami tidak mau terlalu terburu-buru, tapi kami juga dikejar waktu. Kami diperbolehkan konsultasi dengan dosen-dosen di jurusan, namun kami juga terkadang masih kebingungan apa yang harus dibawa. Kami memang tidak hanya harus berpikir tentang kolokium saja, tapi ini adalah nasib kami ke depannya. Kami pun harus mengurus studio dan kkn-p dan mungkin proyek atau tugas kecil atau kegiatan kemahasiswaan lain, tapi masalah kolokium ini tetap saja mengganggu.
Sebenarnya mungkin tidak menjadi sedemikian sulit bagi beberapa orang. Kemungkinan mereka sudah mempersiapkannya sejauh hari. Tapi mungkin saya juga bukan tipe orang yang 'sedia payung di musim kemarau' karena meskipun saya ingat dan sempat mencari bahan, tapi bahkan saya tidak tahu keyword apa yang harus dimasukkan selain 'isu perencanaan' (sesuai dengan bidang saya di jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota).
Dan akhirnya, saya mulai benar-benar mencari dengan setengah panik di minggu terakhir atau biasa disebut 'deadline' pengumpulan topik kolokium. OMO!!!
Tapi tetap saja, seorang saya, meskipun dilanda kepanikan, tapi tak bisa berperilaku sedemikian panik. Otak saya saja yang panik, tapi cukup membuat kepayahan. Yah.. Seperti malam ini. Padahal saya cukup lelah hingga demikian ngantuk tadi sore dan sempat memutuskan untuk pergi tidur pukul 9 malam. Tapi mungkin saya terkena 'coffee theory' Sebutan itu merupakan istilah yang saya asal artinya. Coffee theory adalah keadaan dimana kita tadinya dilanda rasa kantuk yang amat sangat karena kepayahan, dan lain-lain, namun karena tekad kita yang demikian bulat maka kita memutuskan untuk bertahan, sampai rasa kantuk tiba-tiba hilang dan kita akan mendapati kepenatan apabila kita telah melewati puncak kebertahanan tersebut (halahh..).
Dan itu terjadi -lagi-. Saya menjadi tidak ngantuk. Entah kenapa malam ini saya begitu bersemangat mencari bahan-bahan untuk dikonsultasikan ke Pak Dimas (beliau adalah dosen di jurusan saya dengan spesialis Pengembangan Wilayah). Mungkin juga karena perasaan *guilty* saya karena tadi sore (kira-kira isya) membalas jawaban sms pak dimas yang sengaja meluangkan waktunya yang demikian padat untuk berkonsultasi dengan saya, dengan 'ok, makasih pak..'. Ya ampun bapak, sumpah saya tidak sengaja. Waktu itu saya memang sedang sibuk pindah kamar (jadi kamar saya yang tadinya nomor 11 pindah ke nomor 13, ya saya memang tinggal di asrama), tapi itu memang tidak bisa dijadikan alasan sih. Semoga bapak yang budiman tersebut tidak tersinggung. Amin. Semoga beliau dilancarkan rejeki dan pekerjaannya. Amin. Semoga kolokium saya dan mata kuliah lain juga lancar. Semoga semua pembaca mendapatkan rejeki yang melimpah. Amin.
Ya sudah, karena jam sudah menunjukkan puku 01.26 am, maka sebaiknya sampai sekian jumpa kita. Kita bertemu lagi nanti (sebenarnya saya sudah menyiapkan draft mengenai perencanaan tapak, tapi baru 50%, jadi tunggu yaa). See ya all..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar